Sumber
Pencemaran Udara
Kita akan membahas sumber pencemaran udara khususnya Karbon
Dioksida (CO2). Dalam membahas Karbon Dioksida (CO2)
mungkin kita tidak terlepas dari Karbon Monoksida (CO).
1.
Pengertian
Karbon Dioksida(CO2)
Karbondioksida adalah gas atmosfer yang terdiri dari satu
atom karbon dan dua atom oksigen. Karbondioksida merupakan senyawa kimia yang
banayk ditemukan dengan formula CO2. Karbondioksida merupakan salah
satu bahan pencemar di udara.
Kardondioksida ditimbulkan dari pembakaran bahan organik
dengan oksigen dalam jumlah yang cukup. CO2 juga dihasilkan oleh
perbagai mikroorganisme, dan hasil pernapasan seluler. Tumbuhan menggunakan
karbondioksida untuk fotosintesis, untuk membentuk karbohidrat dan O2.
Tambahan lagi, tumbuhan membebaskan oksigen ke atmosfer dimana akhirnya
digunakan untuk pernapasan oleh organisme heterotropik. Keberadaannya di
atmosfer bumi pada kepekatan rendah dan bertindak sebagai gas rumah kaca. CO2
merupakan komponen utama senyawa karbon.
2.
Karbon
Monoksida(CO)
Karbonmonoksida atau CO adalah suatu gas yang tak
berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan
pada suhu di bawah -1920C. Gas CO sebagian besar berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan. Kota besar yang
padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam
udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain dari itu gas
CO dapat pula terbentuk dari proses industri. Secara alamiah gas CO juga dapat
terbentuk walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung
berapi, proses biologi dan lain-lainnya. Secara umum terbentuknya gas CO adalah
melalui proses berikut ini :
1.
Pembakaran
bahan bakar fosil dengan udara yang reaksinya tidak stoikhiometris adalah harga
ER > 1.
2.
Pada
suhu tinggi terjadi reaksi antara karbondioksida (CO2) dengan karbon
C yang menghasilkan gas CO.
3.
Pada
suhu tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan Oksigen.
Dampak Pencemaran Udara
1.
Dampak
Karbon Dioksida (CO2)
Dampak pelepasan karbondioksida tidak
dipahami oleh semua orang karena gas tersebut tidak berbau dan bukan toksik.
Konsentrasi karbondioksida di atmosfer telah meningkat dari kira-kira 280 ppm
pada abad ke-18 (sebelum era revolusi industri) menjadi 379 ppm pada tahun
2005.
Menjelang tahun 2009 kadarnya
meningkat menjadi 700 ppm jika cara hidup manusia terus berlangsung seperti
sekarang. Secara bandingan, planet lain seperti Marikh, suhunya kira-kira 4000
Celcius dan 90% atmosfernya adalah karbondioksida. Gas karbondioksida yang terlalu banyak menyebabkan udara panas di bumi terperangkap dan akhirnya suhu bumi meningkat dan lingkungan menjadi panas. Penyusutan lapisan ozon juga menyebabkan kejadian pemanasan global. Dampaknya adalah permukaan bumi menjadi panas, ekosistem terganggu, anjir sering terjadi, dan juga terjadinya fenomena alam yang tidak normal.
2.
Dampak
Karbon Monoksida
a.
Pengaruh
karbonmonoksida terhadap kesehatan masyarakat
Karbonmonokside sebagai gas yang cukup banyak di udara
yang terjadi dari sumber-sumber yang mengalami pembakaran tidak sempurna
merupakan gas tak berbau, tak berasa serta tak berwarna.pada pernapasan ia ikut
terhirup yang sampai di dalam paru-paru bergabung/ terikat dengan Hb menjadi
KarboksiHaemoglobin (CO Hb). Dengan diikatnya haemoglobin oleh Karbonmonoksida
sini, maka Hb tidak cukup mampu lagi untuk mengikat O2 sehingga
tidak dapat lebih leluasa memberikan oxygenasi kepada jaringan-jaringan.
Afinitas untuk
mengikat Hb bagi CO adalah 200 kali daripada Oksigen, sehingga dapat
dibayangkan bila di dalam udara pernapasan yang kita hirup itu mengandung CO,
akan dengan sendirinya sangat mengganggu pengangkutan O2 oleh Hb.
Efek CO ini
adalah terhadap sistem susunan saraf pusat, yaitu bila kadar CO yang terhirup
addalah 15 ppm untuk selama 10 jam. Di dalam ruangan industri menurut WHO
ditentukan batasan yang tidak boleh melebihi 50 ppm selama 8 jam.
Dalam keadaan normal hemoglobin berfungsi sebagai pembawa
atau pengangkut oksigen (O2) dalam bentuk oksihemoglobin dari
paru-paru untuk dibagikan kepada sel-sel tubuh yang memerlukannya. Selain dari
itu, hemoglobin juga berfungsi mengambil gas CO2 hasil pembakaran di
dalam tubuh dalam bentuk karbondioksihemoglobin untuk dibuang keluar melalui
paru-paru.
Konsentrasi
gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau waktu kontak hanya
sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap oleh manusia selama 8 jam akan
menimbulkan rasa pusing dan mual. Konsentrasi CO sebanyak 1000 ppm dan waktu
paparan (kontak) selama 1 jam menyebabkan pusing dan kulit berubah menjadi kemerah-merahan. Untuk
paparan yang sama dengan konsentrasi CO 1300 ppm, kulit akan langsung berubah
menjadi merah tua dan disertai rasa pusing yang hebat. Untuk keadaan yang lebih
tinggi lagi, akibatnya akan lebih fatal,
yaitu kematian. Bagaimana diagram aliran darah dalam fungsinya sebagai
pengangkut oksigen untuk dibagikan ke bagian tubuh yang memerlukan oksigen,
maupun fungsinya sebagai pengambil karbondioksida yang dihasilkan oleh bagian
tubuh untuk dibuang keluar melalui paru-paru.
Ikatan
karbonmonoksida dengan darah (hemoglobin) yang begitu kuat, kurang lebih 140
kali lebih kuat dari ikatan oksigen dengan darah, menyebabkan darah tidak
berfungsi normal sebagai pengangkut oksigen ketika karbondioksida masuk ke
dalam darah.
Pengaruh
karbonmonoksida (CO) terhadap tubuh manusia ternyata tidak sama untuk manusia
satu dengan yang lainnya. Daya tahan tubuh manusia ikut menentukan toleransi
tubuh terhadap pengaruh adanya karbonmonoksida. Para olahragawan pada umumnya
mempunyai toleransi yang tinggi terhadap racun gas karbonmonoksida. Orang yang
menderita kekurangan darah (anemia) dan anak-anak akan mudah keracunan gas
monoksida.
Keracunan gas
monoksida dapat ditandai dari keadaan yang ringan, berupa pusing, sakit kepala,
dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa menurunnya kemampuan gerak
tubuh, gangguan pada sistem kardiovascular, serangan jantung, sampai pada
kematian.
Konsentrasi
gas monoksida atau CO di udara secara langsung akan mempengaruhi konsentrasi
karboksihemoglobin (COHb). Bila konsentrasi gas CO di udara tetap maka
konsentrasi COHb di dalam darah akan mencapai keseimbangan tertentu dan akan
tetap bertahan selama tidak ada perubahan pada konsentrasi CO di udara.
Konsentrasi gas CO di suatu ruang akan
naik bila di ruang itu ada orang yang merokok. Orang yang merokok akan
mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas CO dengan konsentrasi lebih dari
2000ppm yang kemudian menjadi encer, sekitar 4000-5000ppm selama dihisap.
Konsentrasi gas CO yang tinggi di dalam asap rokok menyebabkan kandungan COHb
dalam darah orang yang merokok jadi meningkat. Keadaan ini sudah tentu sangat
membahayakan kesehatan orang yang merokok. Orang yang merokok dalam waktu cukup
lama (perokok berat) konsentrasi COHb dalam darahnya sekitar 6,9%. Hal inilah
yang menyebabkan perokok berat mudah terkena serangan jantung.
Konsentrasi CO
di udara (ppm)
|
Konsentrasi
COHb dalam darah (%)
|
Gangguan pada tubuh
|
3
|
0,98
|
Tidak ada
|
5
|
1,3
|
Belum begitu
terasa
|
10
|
2,1
|
Sistem syaraf sentral
|
20
|
3,7
|
Panca indra
|
40
|
6,9
|
Fungsi jantung
|
60
|
10,1
|
Sakit kepala
|
80
|
13,3
|
Sulit bernapas
|
100
|
16,5
|
Pingsan –
kematian
|
Tabel 1 : pengaruh konsentrasi CO di udara dan
pengaruhnya pada tubuh bila kontak terjadi pada waktu yang lama.
Pengaruh konsentrasi gas CO di udara sampai dengan 100ppm
terhadap tanaman hampir tidak ada, khususnya pada tanaman tingkat tinggi. Bila
konsentrasi gas CO di udara mencapai 2000ppm dan waktu kontak lebih dari 24
jam, akan memepengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas yang ada
pada lingkungan terutama yang terdapat pada akar tanaman.
Cara
Penanggulangan Pencemaran Udara
1.
Penanganan
Pencemaran Udara
Tiga komponen yang harus
diperhatikan untuk dilihat bagi pemecahan masalahnya secara epidemiologis,
yaitu:
a.
Sumber-sumber
emisi, yang akan merupakan suatu sub system tersendiri pada penanggulangan
nantinya.
b.
Dunia
udara kita (atmosfer) sebagai suatu sub system dari system ekologi
keseluruhannya.
c.
Reseptor
sebagai pihak-pihak yang nantinya akan mengalami akibat peristiwa pencemaran.
Reseptor ini ternyata adalah unsur biotis maupun abiotis (lingkunga fisik).
Pada prinsipnya dapat ditempuh 4
pokok-pokok penanggulangan yang masing-masing bersifat sebagai suatu pendekatan
untuk dilakukan tindakan-tindakan tertentu, keempat pendekatan itu adalah:
a.
Pendekatan
Tehnologis
Adalah suatu pendekatan yang tehnologis lebih ditujukan
kepada faktor sumber emisi beserta segala sesuatunya yang menjalin bersama-sama
sebagai sub system. Pendekatan tehnologis yaitu dengan pengendalian pencemaran
melalui perubahan proses dalam subsystem sumber emisi dan pengendalian sumber
emisi melalui cara-cara pembuangan kontaminan.
b.
Pendekatan
Planologis
Adalah suatu pendekatan yang ditujukan bagi pertataan
lingkungan fisik kita, agar timbal balik dapat menghindar akibat-akibat
merugikan yang dapat diperkirakan menimpa reseptor. Jelasnya lingkungan hidup
kita harus dapat tertata sedemikian rupa melalui perencanaan dan implementasi
planologis untuk menciptakan suatu lingkungan hidup (perkotaan) yang mampu
menjamin rasa aman, keindahan, maupun persyaratan-persyaratan hidup hygienis
dan sosial yang lebih baik.
Beberapa pokok langkah planologis yang perlu memperoleh
perhatian dalam perencanaan tata kota adalah sebagai berikut :
1.
Lokalisasi
daerah-daerah sumber emisi, dengan cara penetapan terhadap daerah industri yang
cukup jauh dari daerah permukiman penduduk.
2.
Pencatatan
daerah kota dalam berbagai zonifikasi dengan masing-masing peranan tertentu,
seperti daerah non-industri, daerah industri, zone pusat pemerintahan, zone
pusat transportasi, dll.
3.
Perencanaan
system jalur transportasi dalam kota, semakin padat kendaraan berotor, berarti
semakin lambat kecepatan kendaraan bermotor, sehingga CO yang dihasilkan akan
lebih banyak daripada dalam keadaan cepat. Selain itu dengan pembagian
jalur-jalur khusus misalnya jalur khusus untuk becak, jalur khusus untuk
angkutan, untuk taxi, dll.
c.
Pendekatan
Administratif
Adalah suatu pendekatan yang akan mengikat semua pihak
mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku karena berlakunya suatu ketentuan
hukum terhadap masyarakat serta dibinanya ketentuan-ketentuan administratif
oleh petugas-petugas maupun aparat pelaksana pemerintahan dengan seksama.
d.
Pendekatan
Edukatif
Setiap
langkah yang perlu dikerjakan dan diperkembangkan untuk membina dan memberikan
penerangan terus-menerus kepada masyarakat baik dalam rangka motivasi maupun
membangkitkan kesadaran ikut memelihara kelestarian lingkungan hidup.
Selain dengan
cara-cara tersebut diatas, pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan
cara deteksi/monitoring untuk mengetahui tingkat pencemaran oleh suatu polutan
dengan alat-alat tertentu dan dengan cara analyse yang menggunakan alat-alat
khusus juga. Untuk cara alami, pengembangan hutan buatan juga dapat dilakukan,
karena beberapa pepohonan mempunyai sifat baik untuk mengabsorbsir gas-gas
tertentu di udara.
2.
Kontrol terhadap polusi CO
Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengontrol polusi CO di
udara. Kebanyakan usaha tersebut ditujukan untuk mengurangi polusi CO dari
kendaraan bermotor karena sebanyak 64% dari seluruh emisi CO dihasilkan dari
transportasi, terutama yang menggunakan bahan bakar (oli,bensin). Hasil
pembakaran mesin ini selain mengandung CO juga mengandung campuran NOx,HC
dan partikel, sehingga masalah yang harus dipecahkan juga kompleks. Rasio
antara udara dan bahan bakar yang rendah akan mengurangi emisi NOx
tetapi menghasilkan emisi CO dan HC yang tinggi. Penggunaan rasio udara dengan
bahan bakar yang tinggi mungkin dapat memecahkan masalah ini.
Berbagai cara telah dilakukan untuk mengontrol emisi CO dari
kendaraan bermotor. Cara-cara tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :
1.
Modifikasi mesin pembakar untuk
mengurangi jumlah polutan yang terbentuk selama pembakaran.
2.
Pengembangan reaktor sistem ekshaust
sehingga proses pembakaran berlangsung sempurna dan polutan yang berbahaya
diubah menjadi polutan yang lebih aman.
3.
Pengembangan substitusi bahan bakar
untuk bensin sehingga menghasilkan polutan dengan konsentrasi rendah selama
pembakaran.
4.
Pengembangan sumber tenaga yang
rendah polusi untuk menggantikan mesin pembakaran yang ada.
Contoh dari rektor sistem ekshaust
misalnya reaktor ekshaust termal dan reaktor katalitik. Reaktor ekshaust termal terdiri dari suatu wadah yang bersuhu tinggi
yang menempel pada mesin. Jika gas buangan melalui wadah panas tersebut, udara
akan dimasukkan dimana tersedia oksigen
untuk proses pembakaran lengkap. Masalah yang dihadapi adalah untuk membuat
wadah tersebut harus digunakan bahan yang tahan panas dan dapat dipanaskan
dengan cepat, dan tahan terhadp korosi terutama oleh garam timbal (Pb).
Tipe reaktor kedua yang disebut
reaktor katalitik menggunakan suatu bed yang berisi butiran bahan katalis yang
menjadi aktif pada suhu sedang. Gas buangan akan bercampur dengan udara dan
melalui katalis yang telah di aktifkan. Dengan adanya katalis, oksidasi
berlangsung sempurna pada suhu yang lebih rendah dari pada di dalam rektor
termal.
KASUS-KASUS
Karbon
Monoksida (CO)
Karbon monoksida yang tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berrasa sering kali sangat berbahaya ketika manusia tidak
sadar sedang terpapar Karbon Monoksida yang kemudian akan mengakibatkan pusing
yang hebat, mual, sakit kepala, sulit bernapas, pingsan atau yang lebih
parahnya yaitu kematian.
Banyak kasus telah dijumpai akibat dari
terpaparnya manusia dengan Karbon Monoksida yaitu:
1.
Karbon
Monoksida yang dihasilkan alam.
Sering
kita jumpai kasus kematian makhluk hidup dan manusia di daerah pegunungan aktif
yang menghasilkan gas Karbon Monoksida salah satunya yaitu di daerah pegunungan
Dieng. Makhluk hidup yang berada di sekitar kawah atau di sekitar pegunungan
sangat riskan terkena dampak ini. Pada sebuah kasus ditemukan bahwa terdapat
manusia tidak sadar sedang terpapar gas Karbon Monoksida akibatnya tiba-tiba
merasa lemas, pusing, pingsan dan kemudian meninggal.
2.
Karbon
Monoksida akibat pembakaran tidak sempurna.
Sebagai
efek pembakaran yang tidak sempurna, Karbon Monoksida sering dijumpai pada
pabrik-pabrik dan di dalam kendaraan seperti mobil, bus atau jenis kendaraan
yang lainnya. Banyak ditemukan kasus pekerja pabrik yang terpapar Karbon
Monoksida selama berjam-jam mengalami pusing, mual dan sakit kepala. Salah satu
kasus yang mengagetkan yaitu meninggalnya manusia yang sedang tidur di dalam
mobil dan menyalakan AC. Hal ini dapat terjadi karena terjadi kebocoran di
kabin dan tempat pembakaran. AC yang dalam penggunaannya harus menyalakan mobil
sehingga gas CO yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna mesin mobil
kemudian masuk ke kabin yang kemudian dihirup oleh manusia tersebut.
Karbon
Dioksida (CO2)
Karbon
Dioksida (CO2) tidaklah berdampak mematikan langsung terhadap
manusia namun Karbon Dioksida adalah salah satu penyebab adanya Gas Rumah Kaca.
Penggunaan bahan bakar fosil / Fossil Fuel sebagai bahan bakar penggerak mesin
adalah penyumbang terbanyak gas Karbon Dioksida di udara. Efek Gas Rumah Kaca
mengakibatkan adanya pemanasan global pada bumi.
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal
dari Matahari. Sebagian
besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika
energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang
panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer
bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain
uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas
ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi
dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini
terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas
tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan
semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas
yang terperangkap di bawahnya.
Efek
rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi,
karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata
sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C
(59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi
hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi
sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan
mengakibatkan pemanasan global.
Telah
dijelaskan diatas bahwa efek gas Karbon Dioksida tidaklah langsung terhadap
manusia namun berefek terhadap rusaknya alam akibat Global Warming yang
dampaknya luas sekali. Meningkatnya
suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti
naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang
lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Pemansan
Global akan mengakibatkan bencana alam terjadi dimana-mana. Perubahan iklim
yang mengakibatkan gagal panen, mutasi berbagai penyakit yang sebelumnya tidak
berbahaya menjadi berbahaya, terjadi kekeringan akibat sedikitnya curah hujan,
banjir akibat dari berlebihnya curah hujan di berbagai tempat dan masih banyak
efek dari pemanasan global ini.
Contoh
kasus lain :
1. Rusia
Untuk pertama kalinya suhu Moskow mencapai 37,8 derajat Celcius. Panas membuat
kebakaran hutan dan mengeringkan lahan gambut, sehingga menyelimuti Rusia
dengan kabut asap beracun. Kematian meningkat menjadi 700 jiwa per hari. Tahun 2007, laporan IPCC memprediksi
bencana kekeringan di Rusia meningkat dua kali dan melihat kemungkinan
kebakaran selama bertahun-tahun. Rusia juga disebut akan kehilangan hasil
pertanian.
2. Pakistan
Hujan lebat terus-menerus selama 36 jam membuat sungai Indus di Pakistan
meluap. Diperkirakan 14 juta rakyat Pakistan kena dampak banjir. Pemerintah
Pakistan menyebutnya bencana terburuk dalam sejarah bangsa itu.
Tahun 2007, laporan IPPC menyatakan hujan lebih lebat selama 40 tahun di utara
Pakistan dan memprediksi banjir dahsyat akan melanda bagian selatan Asia ini.
3. China
Negara berpopulasi terbesar di dunia
ini mengalami banjir terburuk sedekade, terutama di provinsi di barat laut,
Gansu. Banjir dan longsor menewaskan 1.117 orang dan membuat 600 orang hilang. Tahun 2007, laporan IPPC menyatakan
hujan meningkat di barat laut China 33 persen dibanding 1961. Banjir di seluruh
negeri meningkat tujuh kali dibanding 1950. Dan banjir akan sering terjadi di
abad ini.
4. Arktik
Sebuah bongkahan es seluas 260 kilometer persegi telah mengapung di barat laut
Greenland. Bongkahan es ini adalah yang terbesar tercatat dalam sejarah
memisahkan diri dari Arktik. Es
yang mencair ini menyebabkan kenaikan permukaan laut di seluruh dunia, sebagai
akibat dari ekspansi cuaca panas ke kawasan kutub. Kenaikan muka laut adalah
3,4 milimeter per dekade, dua kali lipat angka di abad 20.
5. Kutub
Utara
Dr.
Mark Serreze, ilmuwan periset senior dari pusat data salju dan es Amerika Serikat
dan Dr. Olav Orheim, pimpinan sekretariat Norwegia dari Tahun Kutub
Internasional menyatakan ada kemungkianan bahwa es di laut kutub utara akan
mencair pada musim panas 2012. mereka menemukan bukti penipisan es yg terjadi
hampir 18 cm setiap tahunnya antara tahun 2002 dan 2008. seperti yg kita
ketahui, laut arktik mendangkal lebih dari 80% radiasi matahari untuk
mendinginkan air laut. tanpa es arktik, maka panas matahari dapat masuk ke air
terbuka yg mempercepat pemanasan global.
6. New
England
Lobster tumbuh di perairan dingin
New England, namun angka terbaru menunjukan bahwa air yg kian menghangat
membuat populasi semakin sedikit.
7. Amerika
Serikat
Global warming mengakibatkan
tingginya frekuensi terjadinya kebakaran hutan di Amerika Serikat. para peneliti
di Scripps Institution of Oceanography dan University of Arizona menemukan 4
kali lebih banyak kebakaran besar terjadi di hutan barat antara tahun 1987 dan
2003 dibandingkan 16 tahun sebelumnya.
8.
Amazon
Sebuah studi mengatakan bahwa
eksistensi hutan Amazon dapat berkurang sampai 70% jika pemanasan global terus
terjadi tak terkendali.
9.
Inggris
Meningkatnya permukaan laut akan
menyebabkan kota-kota seperti London akan mengalami banjir di akhir abad ini.
menurut penelitian, laju pemanasan global yg kian cepat akan meningkatkan
permukaan air laut lebih dari sebelumnya. diramalkan bahwa London akan
tenggelam di tahun 2100.
10. Swiss
Seraya meningkatnya suhu di daerah
Alpen, hal ini akan membuat mencairnya salju terjadi lebih sering, maka
diperkirakan bahwa es puncak Alpen akan mencair seutuhnya dan gletsernya akan
hilang antara tahun 2030 dan 2050.
11. Afrika
Gurun Sahara akan menjadi padang
rumput. para ilmuwan sudah melihat tanda-tanda bahwa gurun Sahara yg gersang
jadi semakin hijau karena meningkatnya curah hujan. hal ini akan berakibat pada
rusaknya ekosistem di gurun tersebut.
12. Indonesia
Menteri Lingkungan Hidup telah
mengumumkan dari kajian ilmiah yg ada, diperkirakan ada sekitar 2000 pulau
tropis di tanah air akan menghilang pada tahun 2030, dimana 20 tahun dari
sekarang.
13. Filipina
Departemen Pusat Aksi Sentral
Pertanian melaporkan bahwa kekeringan akibat el nino telah menyebabkan
kehilangan lebih dari 144.000 ton jagung dan 56.000 ton beras di seluruh 14
provinsi.
14. Australia
Climate Action Network Australia
melaporkan bahwa populasi koala di Australia akan punah dalam beberapa dekade
mendatang. ini disebabkan makin tingginya suhu dan tingginya kadar CO2 akan
membunuh populasi ekaliptus, makanan utama koala.Great Barrier Reef yg
terkenal itu akan hilang dalam kurun waktu 20 tahun mendatang.
Carbon Dioksida (CO2)