Apa Itu ISPA?
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut :
1. Infeksi
Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan
Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
3. Infeksi Akut
Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai dengan 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ-organ adneksanya (misalnya : sinus, ruang telingan tengah, dan pleura).
Batas waktu 14 hari diambil untuk menunjukkan berlangsungnya proses akut, walaupun pada beberapa kasus proses ini lebih dari 14 hari, misalnya pada pertusis.
Penyakit campak mendapat perhatian besar juga pada pemberantasan ISPA, karena selain penyakit sistemik ini dimulai dengan tanda-tanda kataral (keluarnya eksudat cair dari saluran pernafasan), penyakit ini juga bisa mengalami komplikasi bronkopneumoni, salah satu ISPA berat yang banyak mengakibatkan kematian. Penyakit sistemik lain yang dimasukkan pula dalam upaya pemberantasan ISPA adalah difteri, karena pada umumnya membran (selaput) difteri tumbuh pada saluran pernafasan.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % – 60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % – 30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
Apa Saja Klasifikasi ISPA?
ISPA terdiri dari sekelompok kondisi klinik dengan etiologi dan perjalanan klinik yang berbeda. Sampai saat ini ISPA diklasifikasikan sebagai berikut :
Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomik :
1. Infeksi saluran pernafasan akut bagian atas
Infeksi akut yang menyerang hidung sampai epiglotis dengan organ adneksanya, misalnya : rinitis akut, faringitis akut, sinusinis akut dan sebagainya.
2. Infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah
Dinamakan sesuai dengan organ saluran pernafasan mulai dari bagian bawah epligotis sampai alveoli paru, misalnya : trakeitis, bronkitis akut, bronkiolitis, pneumonia dan lain-lain.
Klasifikasi berdasarkan etiologi (penyebab) :
Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri dan riketsia.
Virus penyebab ISPA antara lain : golongan Miksovirus (termasuk di dalamnya virus influenza, virus parainfluenza dan virus campak), Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpes virus dan lain-lain.
Bakteri penyebab ISPA misalnya : Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus influenzae, Bordetela pertusis, Korinebaksis, influenza.
Klasifikasi ISPA yang tercantum pada DTD :
Dalam DTD (Daftar Tabulasi Dasar) yang disusun berdasarkan ICD (International Classification of Diseases) dan dipakai pada penyusunan laporan data kesakitan dari Puskesmas maupun Rumah Sakit, ISPA belum disusun dalam satu kelompok penyakit. Diagnosis ISPA dalam daftar tersebut merupakan gabungan dari klasifikasi anatomik dan etiologik, antara lain :
a. Difteria
b. Batuk rejan
c. Radang tenggorok streptokok
d. Campak
e. Tonsilis akut
f. Laringitis dan trakeitis
g. Bronkitis
h. Pneumonia
i. Influenza
Cara-cara klasifikasi di atas terbatas nilai praktisnya karena sukar, bagi seorang dokter sekalipun, untuk membuat diagnosis yang tepat. Tambahan lagi banyak sindroma yang sebenarnya bisa diatasi dengan tindakan yang tidak jauh berbeda. Karena itu dalam upaya pemberantasan, klasifikasi ISPA yang paling tepat adalah berdasarkan derajat keparahan penyakit dan disesuaikan dengan tindakan yang harus diambil bagi masing-masing tingkatan.
Klasifikasi berdasarkan derajat keparahan penyakit :
1. ISPA Ringan : penatalaksanaannya cukup dengan tindakan penunjang, tanpa pengobatan Antimikrobia.
2. ISPA Sedang : penatalaksanaanya memerlukan pengobatan dengan Antimikrobia, tetapi tidak perlu dirawat (cukup berobat jalan)
3. ISPA Berat : kasus ISPA yang harus dirawat di Rumah Sakit atau Puskesmas dengan saranan perawatan.
Dengan klasifikasi ini, tindakan seorang petugas kesehatan dalam menghadapi seorang anak penderita ISPA tidak tergantung pada apakah ia mendiagnosis faringitis, bronkitis atau bronkiolitis, tetapi tergantung pada kemampuannya membedakan derajat keparahan penyakit itu yang sekaligus menentukan bagaimanakah tindakannya yang tepat.
Tahukah Anda Apa Saja Tanda dan Gejala ISPA?
Seorang anak yang menderita ISPA bisa menunjukkan bermacam-macam tanda dan gejala, seperti :
1. Pada sistem pernafasan adalah: napas tak teratur dan cepat, retraksi/ tertariknya kulit kedalam dinding dada, napas cuping hidung/napas dimana hidungnya tidak lobang, sesak kebiruan, suara napas lemah atau hilang, suara nafas seperti ada cairannya sehingga terdengar keras.
2. Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat atau lemah, hipertensi, hipotensi dan gagal jantung.
3. Pada sistem Syaraf adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang dan coma.
4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda dan gejala ISPA Ringan :
a. Batuk
b. Pilek
c. Serak
d. Dengan ataupun tanpa panas (demam)
Termasuk juga ISPA ringan : keluarnya cairan dari telingan (congekan) yang lebih dari 2 minggu, tanpa rasa sakit pada telinga.
Tanda dan gejala ISPA sedang :
a. Sakit telinga
b. Keluarnya cairan dari telinga (congekan) yang belum lebih dari 2 minggu
c. Campak
Tanda dan gejala ISPA berat :
Tanda dan gejala ISPA Ringan/Sedang ditambah dengan satu atau lebih tanda dan gejala berikut :
a. Penatikan dada ke dalam (chest indrawing) pada saat menarik nafas (tanda utama).
b. Stridor (pernafasan ngorok)
c. Tak mampu atau ak mau makan
Tanda dan gejala ISPA berat lain :
a. Kulit kebiru-biruan (sianosis)
b. Nafas cuping hidung (cuping hidung ikut bergerak kembang kempis waktu bernafas)
c. Kejang
d. Dehidrasi
e. Kesadaran menurun
f. Terdapatnya membran (selaput) difteri
Pokok-pokok Penatalaksanaan Penderita ISPA
Dalam upaya pemberantasan ISPA, penatalaksanaan penderita terutama dimaksudkan untuk
mencegah berlanjutnya ISPA ringan menjadi ISPA Sedang, mencegah ISPA Sedang menjadi ISPA
Berat dan mengurangi risiko kematian karena ISPA Berat.
Selama satu tahun, rata-rata seorang anak di pedesaan bisa terkena ISPA 3 kali, di daerah perkotaan bisa sampai 6 kali. Dari sejumlah kasus tersebut, kurang lebih 90% dalam bentuk ISPA Ringan, yang bisa diatasi sendiri oleh masyarakat (ibu rumah tangga) atau kader, dan tidak memerlukan Anti-mikrobia. Kurang lebih 10% kasus ISPA berlanjut atau terjadi dalam bentuk ISPA sedang dan berat yang memerlukan antimikrobia. Dari seluruh kasus penyakit ISPA, ada sekitar 1-3% yang merupakan ISPA berat dan perlu dirawat di Rumah Sakit.
a. Penatalaksanaan Penderita ISPA Ringan
Hanya dengan tindakan penunjang, antara lain :
1) Pemberian parasetamol pada demam yang lebih dari 380 C diberikan selama 2 hari. Dosis 10-15 mg/kg BB sehari 3 kali.
2) Mempertahankan suhu lingkungan dan pakaian yang sesuai
3) Untuk mengatasi batuk bisa dianjurkan pemakaian obat-obatan tradisional setempat, yang aman dan murah
4) Pilek diatasi dengan membersihkan hidung memakai kertas/kain penyerap yang bersih.
5) Mempertahankan konsumsi makanan/minuman
6) Congekan yang lebih dari 2 minggu, dibersihkan dengan kertas kain penyerap bersih. Pemberian antibiotika tidak efektif lagi pada kasus ini. Penggunaan obat tetes telinga tidak dianjurkan.
b. Penatalaksanaan Penderita ISPA Sedang
1) Pemberian antimikrobia
Yang dipakai sebagai antimikrobia ialah seperti prokain penisilin, kotrimoksasol, ampisilin, amoksilin. Prokain penisilin dalam serum cukup efektif terhadap Streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenzae. Untuk antimikrobia kotrimoksasol efektif terhadap Sterptokokus pneumonia, hemofilus influenzae dan Stefilokokus aureus, juga terhadap Klamidia dan Pneumosistis. Sedangkan untuk Ampisilin mempunyai spektrum antimikrobia luas, tetapi kurang efektif terhadap Stefilokokus aureus.
2) Pemberian tindakan penunjang
1) Pemberian parasetamol pada demam yang lebih dari 380 C diberikan selama 2 hari. Dosis 10-15 mg/kg BB sehari 3 kali.
2) Pilek diatasi dengan membersihkan hidung memakai kertas/kain penyerap yang bersih.
3) Kompres dengan air dingin atau es
4) pemberian makanan dan minuman yang cukup dan sesuai kebutuhan gizi
5) uap dapat digunakan untuk melembabkan udara dan melapangkan jalannya napas bagian atas
c. Penatalaksanaan Penderita ISPA Berat
ISPA Berat harus dirawat di Rumah Sakit atau Puskesmas yang mempunyai sarana perawatan dengan syarat tersedianya fasilitas minimal seperti perlengkapan untuk pemberian zat asam (Oksigen), alat penghisap lendir (untuk aspirasi), sarana pemberian cairan intravena (infus), obat-obatan yang cukup, mencangkup antimikrobia, bronkodilator, digitalis, serum anti difteri (ADS). Pengobatan antimikrobia menggunakan benzilpenisilin, kloramfenikol, gentamisin dan kloksasilin. Selain itu juga dilakukan tindakan penunjang berupa :
1) Pemberian oksigen bila penderita nafasnya berat
2) Pemberian cairan infus jika penderita dehidrasi
3) Penghisapan lendir/cairan yang menymbat hidung dengan alat penghisap lendir
4) Pemakaian uap untuk melapangkan jalan nafas di tempat perawatan dengan alat khusus.
Posting Komentar